Home » » TARIKH ISLAM

TARIKH ISLAM

ABU BAKAR as - SIDDIQ .
(572-22 Jumadil Akhirah, 13/23 Agustus 634 M)
Kekholifahan dan Perjalanan Hidupnya

    Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Abi Kuhafah at-Tamimi sedangkan nama kecilnya adalah Abdul Ka’bah kemudian oleh beliau Nabi  diberi nama Abdullah dan diberi nama gelar Abu Bakar karena beliau merupakan orang yang pertama memeluk agama islam (as-sabiqun al-awwalun), sedang gelar as-Siddiq beliau dapatkan karena selalu menjadi orang pertama yang membenarkan Nabi  dalam berbagai masalah terutama peristiwa Isra’ dan Mi’raj.
    Nasab beliau dari jalur Ayah yaitu Usman yang bergelar Abi Kuhafah bin Amir bin Amr bin Sa’d bin Taim bin Murra bin Ka’ab bin Lu’ayy bin Talib bin Fihr bin Nadr bin Malik. Sedang dari jalur Ibu yakni Ummu Khair Salma binti sakhr bin Amir bin Amr bin Sa’d bin Taim bin Murra. Kedua orang tua beliau bertemu nasab pada Ka’b bin Sa’d bin Taim bin Murra yang berarti Ibunya adalah anak perempuan paman ayahnya yakni Abi Kuhafah, beliau berasal dari suku Taim yang banyak melahirkan tokoh-tokoh terhormat.
    Beliau dilahirkan dua tahun beberapa bulah setelah Nabi Muhammad  dilahirkan, sejak kecil beliau terkenal sebagai seorang anak yang baik, sabar, jujur, dan lemah lembut. Sifat-sifat beliau yang mulia membuat beliau disenangi masyarakat, sejak remaja beliau menjadi sahabat Nabi  sebelum terutusnya beliau Nabi . setelah dewasa beliau bekerja sebagai pedagang yang terkenal dengan kedermawanannya, selain itu beliau juga terkenal mahir dalam ilmu nasab yaitu pengetahuan tentang silsilah keturunan. Beliau mahir tentang berbagai nasab kabilah dan suku-suku orang Arab juga mengetahui tinggi dan rendahnya derajat mereka terutama suku-suku Arab Quraisy.
    Abu Bakar  dan Nabi  menjalin persahabatan yang sangat erat karena saudara seagama dan juga sebagai mertua dari Nabi  . setelah masuk Islam Beliau menumpahkan segala perhatian untuk mengembangkan Islam juga sebagai sahabat yang paling banyak mendermakan harta bendanya untuk kepentingan dakwah Islam. Sebagai seorang bangsawan Arab beliau disegani oleh masyarakat, oleh karena itu ketika beliau memeluk Islam banyak orang Quraisy yang tertarik untuk memeluknya, diantaranya Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, dan Zubair bin Awwam. Banyak sekali peristiwa yang menunjukkan bahwa Beliau sangat sayang pada Nabi , diantaranya adalah setiap kali orang-orang Quraisy mengganggu baginda Nabi beliau akan tampil untuk membelanya, seperti ketika baginda Nabi  melakukan shalat di Masjidil Haram tiba-tiba Uqbah bin al-Mu’it datang dan mencekik baginda Nabi  yang sedang sujud, ketika itu baginda Nabi  dalam keadaan bahaya sekiranya beliau Abu Bakar  tidak menolongnya. Beliau juga setia bersama-sama baginda Nabi  hijrah ke Madinah dalam perjalanan yang penuh rintangan
.
    Pengorbanan Abu Bakar  terhadap perkembangan Islam sangat banyak sekali diantaranya, beliau memberi perhatian terhadap kaum-kaum lemah khususnya hamba-hamba yang telah memeluk Islam yang mana mereka disiksa oleh tuannya kemudian ditebus dan dimerdekakan oleh Beliau, diantaranya adalah Bilal bin Rabah. Beliau tidak pernah ketinggalan dalam setiap pertempuran pada zama baginda Nabi  malah beliau selalu berada disampingnya. Dalam perang tabuk Beliau bukan saja mengorbankan seluruh harta bendanya malah nyawanya sendiri demi perjuangan Islam. Setelah kota Makkah berhasil ditaklukkan, umat Islam telah bersiap untuk menunaikan haji tahun berikutnya baginda Nabi  telah melantik Abu Bakar  sebagai wakilnya untuk memimpin jama’ah haji karena baginda Nabi  sibuk di Madinah dan dalam banyak hal Abu Bakar   menjadi orang kepercayaan baginda Nabi  untuk mewakilinya. Baginda Nabi  telah memberikan kedudukan yang tinggi daripada sahabat yang lain, ini terbukti apabila baginda Nabi  udzur dan tidak dapat menjadi imam shalat maka Abu Bakar  yang menggantikannya, hal ini terjadi ketika baginda Nabi  saat sakit.
    Abu Bakar  juga telah berhasil mendidik anak-anaknya menjadi penganut Islam yang rela berkorban untuk kepentingan Islam, diantaranya adalah Aisyah, Asma, Abdurrahman, dan Abdullah . Setelah Rasulullah  wafat pada tahun ke IX hijriah atau 632 M, Abu Bakar  telah dipilih sebagai khalifah pertama yang menggantikan Rasulullah  untuk memimpin Negara dan juga umat Islam. Pada waktu itu kekuasaan Islam hampir seluruh semenanjung tanah Arab dan wilayah tersebut terdiri dari berbagai suku Arab. Terdapat dua faktor yang menyebabkan Abu Bakar  terpilih sebagai khalifah :
1)    Masyarakat umum berpendapat bahwa seorang khalifah haruslah dari suku Quraisy, pendapat ini berdasarkan sebuah hadits dalam kitab musnad Imam Ahmad, nomor hadits 11859, yang berbunyi : al-a’immah min Quraisy , yang artinya, kepemimpinan itu di tangan orang Quraisy.
2)    Para sahabat berpendapat, Abu Bakar  mempunyai peribadi yang baik untuk menjadi khalifah, diantaranya beliau adalah lelaki dewasa pertama yang memeluk Islam, beliau juga sahabat yang menemani Rasulullah  ketika hijrah dari Makkah ke Madinah dan beliau juga bersembunyi bersama-sama baginda Nabi  di Gua Tsur, beliau juga yang dilantik oleh baginda Nabi  sebagai Imam shalat ketika bagainda Nabi  udzur juga beliau berasal dari keturunan bangsawan yang cerdas dan berakhlak mulia.
Sebagai khalifah Abu Bakar  telah dibaiat sebanyak dua kali, baiat pertama di Saqifah bani Sa’adah dan baiat ini di namakan bai’ah khassah dan baiat yang kedua di Masjid Nabi atau Masjid Nabawi di Madinah. Baiat ini dikenal dengan nama bai’ah ‘ammah. Setelah upacara bai’at di Masjid Nabawi selesai, Abu Bakar  sebagai khalifah baru langsung memberikan sambutan dengan dimulai sumpah kepada Allah SWT yang mana beliau tidak bercita-cita untuk menjadi khalifah. Beliau mengatakan : “saya telah terpilih menjadi pemimpin kamu sekalian meskipun saya bukan orang yang terbaik diantara kalian, oleh karena itu bantulah saya sekiranya saya berada dijalan yang benar dan bimbinglah saya seandainya saya berbuat salah. Kebenaran adalah kepercayaan dan kedustaan adalah penghianatan. Orang yang lemah diantara kalian semua akan menjadi kuat di sisi saya sehingga saya menjamin haknya seandainya Allah SWT menghendakinya dan orang yang kuat diantara kalian semua adalah lemah di sisi saya sehingga saya dapat mengambil hak daripadanya. Taatilah saya selagi saya taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dan apabila saya mendurhakai Allah SWT dan Rasul-Nya maka jangan ikuti saya.”
Pada awal pemerintahan Abu Bakar  , berbagai kekacauan dan pemberontakan banyak terjadi misalnya munculnya orang-orang yang murtad dan lahirnya nabi-nabi palsu, pemberontakan kabilah-kabilah Arab dan banyak orang yang enggan membayar zakat. Golongan murtad muncul disebabkan keyakinan mereka terhadap Islam yang masih kurang atau belum mantap dan meninggalnya Rasulullah  telah menggoyahkan keimanan mereka. Orang-orang yang mengaku sebagai Nabi telah wujud sejak zaman Rasulukkah  tetapi mereka tidak aktif karena kewibawaannya. Mereka menganggap bahwa Abu Bakar  ialah pemimpin yang lemah dan kesempatan ini mereka gunakan untuk membuat kekacauan. Orang-orang yang enggan membayar zakat juga karena keimanan mereka masih lemah, Abu Bakar  telah mengambil tindakan tegas terhadap golongan yang memberontak dan ketegasan beliau mendapat dukungan dari segenap umat Islam. Untuk menumpas seluruh pemberontakan yang terjadi beliau telah membentuk sebelas pasukan dan setiap satunya dikepalai oleh panglima yang handal, seperti Khalid bin Walid, Amr bin Ash, Ikrimah bin Abu Jahal, dan Syurahbil bin Hasanah. Dalam waktu yang singkat segala kekacauan yang terjadi bisa diredakannya.
Walaupun pada permulaan pemerintahan Abu Bakar  banyak kekacauan yang terjadi, tetapi beliau telah mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid ke wilayah Syiria. Beliau bersih keras untuk meneruskan rencana Rasulullah  sebelum wafatnya. Pada awalnya rencana beliau mendapat banyak tentangan dari para Sahabat karena keadaan dalam negeri masih belum kondusif dan banyak terjadi pemberontakan. Akan tetapi beliau meyakinkan para Sahabat bahwa rencana tersebut adalah rencana Rasulullah , kemudian para Sahabat menyetujuinya. Langkah yang diambil beliau ternyata membawa kesan positif, pemberangkatan pasukan ke wilayah Syiria ketika Negara dalam keadaan belum stabil telah menimbulkan anggapan dari pihak lawan bahwa Islam masih cukup kuat dan mereka merasa gentar. Disamping itu, langkah ini juga merupakan taktik untuk mengalihkan perhatian dari perselisian yang terjadi dikalangan interen umat Islam. Akhirnya pasukan Usamah berhasil memperoleh kemenangan dan kembali dengan membawa harta rampasan yang banyak.
Usaha lain yang dilakukan oleh Abu Bakar  adalah meluaskan wilayah Islam keluar jazirah Arab. Daerah yang dituju yakni Irak dan perbatasan Syiria yang bersebelahan dengan wilayah kekuasaan Islam. Beliau berpendapat bahwa wilayah-wilayah ini harus ditaklukkan untuk memantapkan keamanan wilayah Islam dari serangan Persia dan Bizantium. Perluasan wilayah islam ke Irak dipersiapkan dua pasukan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid untuk menyerang dari arah selatan dan ‘Iyadh bin Ghunmin dari arah utara. Pada tahun ke dua belas setelah hijrah / 634 H, Khalid bin Walid dapat menguasai kota al-Hirah dia kemudian bergerak ke utara untuk membantu ‘Iyadh bin Ghunmin. Pada tahun selanjutnya beliau menyiapkan pasukan menuju Syiria yang di pimpin oleh Amr bin As, Yazid bin abi Sufyan, dan Syurahbil bin Hasanah. Akan tetapi mereka mendapat kesulitan karena memang jumlah tentara Bizantium lebih banyak dan peralatannya lebih lengkap, kemudian Amr bin As mengirim surat kepada beliau Abu Bakar  untuk meminta bala bantuan dan Khalid bin Walid yang berada di daerah al-Hirah (Irak) diutus untuk membantu mereka. Kemudian semuanya berkumpul di Yarmuk dan menyusun rencana perang yang kemudian mereka memilih Khalid bin Walid sebagai panglimanya, dan akhirnya pasukan Islam berhasil memproleh kemenangan. Akan tetapi beliau Abu Bakar  tidak dapat menyaksikan kemenangan tersebut sebab beliau jatuh sakit lalu meninggal lebih dulu pada waktu perang belum usai dalam usianya yang ke 63.
Selain usaha memperluas wilayah Islam di luar semenanjung tanag Arab, Abu Bakar  telah mengusahakan pengumpulan ayat-ayat al-Qur’an yang terpencar di beberapa tempat. Usaha ini beliau lakukan atas saran dari Umar bin Khattab . Mula-mula beliau keberatan dengan hal ini karena pada zaman Rasulullah  belum pernah dilakukan hal semacam ini, akan tetapi Umar bin Khattab  telah mengemukakan alasan bahwa banyak para Sahabat yang hafal al-Qur’an gugur di medan perang dan khawatir ayat-ayat al-Qur’an akan hilang. Kemudian beliau menyetujuinya dan menunjuk Zaid bin Tsabit yang pada zaman Rasulullah  sebagai penulis wahyu untuk menjalankan usaha pengumpulan tersebut.
Selama menjalankan tugasnya sebagai kepala dan pimpinan umat Islam, Abu Bakar  senantiasa meneladani tingkah laku Rasulullah . Beliau mempraktekkan prisip musyawarah seperti yang dilakukan oleh Rasulullah  apabila hendak mengambil suatu keputusan. Beliau selalu memperhatikan terhadap rakyat dan mereka yang mengalami kesulitan akan di bantunya tanpa segan. Begitu juga dengan para Sahabat, mereka yang pada zaman Rasulullah  telah memegang jabatan beliau tetapkan dan bagi para Sahabat yang belum beliau lantik sesuai dengan kemampuan dan juga kelayakan mereka. Untuk kesejahteraan masyarakat umum beliau membentuk lembaga Bait al-Mal, yaitu perbendaharaan Negara atau badan keuangan Negara yang diserahkan kepada Abu Ubaidah sebagai petugas pengelolanya karena dia adalah Sahabat Nabi  yang bergelar Amin al-Ummah (kepercayaan umat). Beliau juga mendirikan lembaga hokum / pengadilan yang dikepalai oleh Umar bin Khattab . Perkara lainnya yaitu membagi rata harta rampasan perang (ghanimah) yang mana dalam hal ini beliau dan Umar bin Khattab  berbeda pendapat karena Umar menghendaki pembagian berdasarkan jasa-jasa yang telah dilakukan oleh para Sahabat, kemudian beliau mengemukakan alasan bahwa semua perjuangan yang dilakukan adalah atas nama Islam dan mereka akan mendapat balasan dari Allah  di Akhirat kelak. Oleh karena itu mereka mendapat bagian yang sama di dunia.
Persoalan besar yang telah diselesaikan oleh Abu Bakar  sebelum meninggal adalah menetapkan calon khalifah yang akan menggantikannya. Langkah ini terbukti telah mengurangi pertikaian dikalangan umat Islam tentang jabatan khalifah. Beliau tidak memilih anak atau saudaranya yang dekat sebagai penggantinya, akan tetapi beliau memilih orang lain yang mampu memegang amanah dan tugas sebagai khalifah. Dalam hal ini beliau telah mencalonkan Umar bin Khattab  sebagai penggantinya setelah dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan para Sahabat, setelah kesepakatan dicapai beliau mengumumkannya.
Beliau Abu Bakar  telah berhasil mengatasi masalah-masalah dalam negeri yang terjadi di kota Madinah di awal pemerintahannya dan telah membuka jalan bagi perluasan dan perkembangan Islam di luar semenanjung tanah Arab walaupun pemerintahannya sangat singkat, yakni + 2 tahun.




















DAFTAR PUSTAKA

Umar Abdul Jabbar, Khulashoh Nuril Yaqin, Surabaya, al-Hikmah.
Karya Adaptasi Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia 2004, 1994, Ensiklopedia Islam, Jakarta, PT Ichtiar
Baru Van Hoeve.

0 komentar:

Pondok Tercinta

JALAN DEPAN RAUDLATUL ULUM KENCONG